Zaq’s First Step

Ini sebenernya rada basi, sih. Soalnya ide awal post ini adalah pas hadir di baby shower-nya Cathy Sharon Agustus lalu. Nggak, bukan temen gue si Cathy sampe diundang baby shower-nya. Urusan sama Mommies Daily ini. Anyway, long story short, di acara ini juga dijelaskan soal campaign Fisher-Price yang judulnya #LangkahPertama. Basically, highlighting the importance of baby’s milestone especially his first step and what stimulation we can give him.

Pulang dari acara ini gue mikir, memang tiap milestone itu penting. Nggak usah terlalu ngotot anak harus bisa di umur sekian, tapi jangan dicuekin juga. Pernah juga dulu denger waktu talkshow dengan dr. Attila  waktu Aria masih bayi, beliau cerita ada anak yang mengalami kesulitan motorik halus saat usia sekolah, ternyata ada milestone yang tidak tercapai saat bayi. Karena motorik kasarnya kurang berkembang, maka motorik halusnya terpengaruh juga.

Bulan September lalu Zaq usianya setahun. Belum bisa jalan. Fix nervous. Kakak-kakaknya (duh, I can’t help but compare. At least benchmarking) di usia setahun minimal beberapa langkah, lah. Yang bontot ini kok hati-hati banget. I shouldn’t have to worry too much, karena sebenarnya terlihat dia bisa, kok. Kalau berdiri, sudah stabil. Jalan juga harusnya bisa hanya saja dia sangat hati-hati dan selalu maunya merambat/pegangan. Padahal kelihatan pegangannya cuma basa-basi. Tapi tetep aja nggak mau jalan sendiri. Kalau harus ke area yang nggak ada tempat pegangan, pasti langsung drop down dan merangkak. Kombinasi males, hati-hati dan takut. Gregetan akuh.

Ditambah dengan “masalah” gigi belum tumbuh, badan yang kurus, preferensi tekstur makanan yang masih lunak, diboyonglah si bayi untuk konsultasi ke dokter anak. Eiya, setelah biasanya kita main cap-cip-cup aja dokter anak di rumah sakit manapun asal terima asuransi kantor, akhirnya kita menemukan yang juga cocok personality-wise! Hore! Setelah dicek cukup thorough (minus segala blood test, tentunya), dokternya sih berkesimpulan belum perlu ambil tindakan apa-apa, kecuali melatih untuk makan tekstur kasar. Soal jalannya juga, dilihat sebenarnya sudah kuat. Ya itu, anaknya terlalu hati-hati. Perlu latihan saja. Gigi juga akan terbantu untuk erupt kalau makannya lebih keras teksturnya. Lah, ini PR. Soalnya anaknya suka muntah kalau makanannya nggak dihalusin. Padahal kalau makan biskuit, bisa. Doh.

Akhirnya orang tuanya hanya bisa sabar dan memantau. Meng-encourage juga, lah. Kadang kayak “maksa” supaya dia nggak pegangan saat jalan. Mesti sabarrrrr… Tiap anak memang beda-beda juga perkembangannya. Akhirnya sebulan setelah konsultasi ke dokter, si bayi mulai lebih mantap langkahnya. Kadang masih suka merangkak kalau merasa terlalu jauh atau capek, dan jalannya pun masih ala zombie. Progress, nevertheless.

Nah, sekarang tentunya sudah lebih lancar jalannya. Semakin dia pede dan bisa, semakin sadar bahwa jauh lebih enak jalan dibanding merangkak (dengkul sakit, cyin). Jalannya masih zombie, sih, and slow. Baby steps, literally. 😀

Tapi memang benar yang dikatakan psikolog Vera Itabiliana di acara Fisher-Price waktu itu. Stimulasi juga memegang peranan untuk “pencapaian” milestone anak. Kalau gue sih menyikapi soal milestone begini aja, dijadikan sebagai rough guideline instead of checklist yang harus dipenuhi. Misalnya soal jalan ini. Normalnya memang usia setahun sudah bisa jalan. Kalau belum setahun udah bisa, alhamdulillah. Nggak pusing. Pas ultah masih merangkak? Take a closer look. Berdiri udah bisa belum? Rambatan? Jalan sambil pegangan? Titah? Kuncinya, observe, observe, observe.  Bila dirasa perlu, konsul ke dokter.

Akhir kata, silakan nikmati foto-foto dari baby shower-nya Cathy 😀


  
  
  

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s